Rabu, 28 Maret 2012

Artikel Islami

Persahabatan Kalian adalah Kerikil

2/4/2012 | 10 Jumada al-Ula 1433 H | Hits: 702
Oleh: Asri Salsabila
Kirim Print
Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com - “Ini bukan soal semata persahabatan, tapi mitsaqon gholizho yang kita ikrarkan”.
Alhamdulillah, aku hampir memiliki semua yang diinginkan para wanita; suami yang baik dan penyayang, anak yang sehat, memiliki rumah dan kendaraan sendiri, serta penghasilan keluarga yang lebih dari cukup. Aku sangat bersyukur akan semua yang aku miliki walau kebahagiaan ini terasa tidak lengkap karena sebuah kerikil kecil.
Ya. Aku menyebutnya kerikil kecil, karena ia mampu merusak pandanganku terhadap seorang laki-laki, yang statusnya adalah suamiku.
Selayaknya orang pada umumnya, ia memiliki beberapa sahabat dekat, baik laki-laki maupun perempuan. Aku tidak masalah, sungguh tidak masalah. Kecuali satu hal, panggilan khusus terhadap salah satu sahabat perempuannya. Ia memanggilnya Bunda. Dan perempuan itu memanggil suami ku, Ayah.
Awalnya aku berusaha menganggap semuanya biasa saja. Walau ini semua tidak mudah, semua itu demi kondisi rumah tangga ku dan anak-anakku. Segala perasaan cemburu sebagai istri mati-matian aku kubur. Aku tidak bergeming.
Sampai suatu hari, aku melihat dengan jelas komentar di wall Facebook suamiku tentang kelahiran anak kami,
“Selamat ya Ayah, semoga menjadi anak yang cerdas dan sehat.”
Di waktu lain, sahabat perempuan ini meng-update statusnya, ia merasa kesal dan gelisah akan sesuatu hal, dan suamiku menuliskan komentarnya,
“Mikirin apa sih Bun, cerita aja sama Ayah…”
Deg.
Ayah.
Bunda.
Dua kata itu terus mengiang di kepalaku.
Aku tertunduk lemas…….
Hatiku sungguh tidak karuan membaca komentar-komentar mereka, kesal, marah, sakit hati, dan bingung, campur aduk.
Begitu dekatkah persahabatan itu? Begitu ampuhkah kata persahabatan untuk memaklumi berbagai hal yang tidak biasa? Atau, apakah ikatan persahabatan itu lebih kuat daripada ikatan mitsaqon gholizho yang telah kami ikrarkan?
Aku bingung, benar-benar bingung. Apa yang sebaiknya aku lakukan. Tak mungkin langsung bertanya ke suami, karena aku lebih khawatir jawabannya hanya akan membela persahabatannya, tapi tak mungkin juga aku diam, aku istrinya!
Akhirnya aku memilih mencari tahu lewat beberapa teman dekat suami yang aku percaya dan insya Allah dapat aku percaya. Dari mereka aku mendapatkan info bahwa sejak lama mereka memang sudah bersahabat, dan sejak persahabatan itu semakin dekat, mereka mulai memakai panggilan Ayah dan Bunda.
Mereka sering saling berkunjung ke rumah masing-masing dan sudah sangat mengenal masing-masing keluarga, pada titik ini aku meragukan diriku, mungkinkah sahabat perempuan itu lebih mengenal sosok suamiku daripada aku, istrinya? Yang telah tinggal bertahun-tahun bersamanya dan melahirkan anak-anaknya?
Ada beberapa info lain yang aku dapatkan, suamiku ternyata pernah mengajukan lamaran untuk menikahi sahabat perempuannya ini, namun ternyata ditolak dengan alasan, sahabat perempuan itu hanya menganggapnya sebagai kakak, hanya sebagai sahabat dan ia tidak mau menikah dengan sahabatnya sendiri.
Setelah itu, akhirnya suamiku memutuskan untuk mencari wanita lain sebagai calon istrinya, dan takdir Allah membawanya ke sisi ku. Sementara yang aku ketahui hingga saat ini perempuan itu belum juga menikah.
Persahabatan mereka mungkin hanya sebuah persahabatan. Namun jika memang begitu, mengapa panggilan khusus itu, panggilan Ayah dan Bunda, masih mereka gunakan? Sedekat apa persahabatan itu?
Arti persahabatan kalian, mungkin aku tak mengerti.
Aku hanya mengerti.
Mitsaqon gholizho ini
Janjiku pada Illahi.
dan persahabatan kalian,
adalah kerikil yang menyakitkan…

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/19320/persahabatan-kalian-adalah-kerikil/#ixzz1qtc6h7ga
Kekuatan Dzikrullah.




SEORANG salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang pasir pernah ditanya, “Apakah engkau tidak merasa terancam?” Ia menjawab, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir bersama Allah?”.
... Mari kita dalami makna yang terkandung dalam jawaban tersebut. Tentu saja, rujukan jawaban tersebut adalah firman Allah SWT,
“Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang” (Q.S. Ar Ra`ad:28).
Orang yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah) hatinya akan tenang. Hidupnya tidak akan pernah merasa terancam dan khawatir. Kecemasan akan menjauhi orang yang selalu berdzikir karena merasakan Allah SWT selalu dekat dengan-Nya.

Dzikrullah akan membawa ketenangan batin karena ingat kepada Allah berarti ingat akan kekuasaan-Nya. Masalah seberat dan sebesar apa pun, sangat kecil dalam pandangan Allah SWT. Penyakit stes tidak mungkin menimpa orang yang suka dzikrullah.
Jika kita menghadapi masalah yang memusingkan kepala, ingatlah akan kekuasaan Allah. Dia pastilah memberikan apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Yakinlah selalu, bahwa apa yang kita hadapi atau kita terima, semuanya kehendak Allah dan terbaik bagi kita. Kadangkala apa yang kita pandang buruk, justru itulah yang terbaik bagi kita menurut kehendak Allah SWT.

Rumah orang yang melakukan dzikrullah akan bercahaya bak bintang. Abu Hurairah r.a. menyampaikan sabda Rasulullah Saw bahwa Allah SWT akan menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terllihat oleh penduduk langit.
“Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi penduduk bumi”.
Tepatlah jawaban Imam Hasan Al-Bashri saat ditanya seorang pemuda, “Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud wajahnya enak dipandang?” Ia mengatakan, “Bagaimana tidak, mereka telah berkhalwat (menyendiri) dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti memberikan cahaya-Nya pada orang tersebut.”
DZIKIR bukan saja menimbulkan kekuatan luar biasa yang membuat ketenangan batin, ketentraman hati, atau kenyamanan jiwa, melainkan juga akan akan membuat seseorang terkendali perilakunya, yaitu dengan kendali garis ketentuan Allah berupa perintah dan larangan-Nya.

Orang yang berdzikir akan merasa malu pada-Nya, sehingga tercegah untuk berbuat yang dapat membuat-Nya murka dan sebaliknya selalu berupaya melakukan amal saleh. Ia akan malu jika tidak shalat, tidak mengeluarkan zakat, tidak berpuasa, tidak naik haji padahal mampu, tidak berjuang membela agama Allah. Ia akan malu jika mengabaikan seruan Islam untuk berjihad, berinfak, bersedekah, berdakwah. Ia akan malu jika diam saja ketika banyak saudara seimannya yang menderita, dizhalimi musuh-musuh Allah.

Dengan dzikrullah kita akan menyadari, betapa Allah Mahatahu apa yang kita lakukan, baik dalam hati (tersembunyi) maupun yang terang-terangan.
“Katakanlah, meskipun kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu ataupun kamu perlihatkan, pati diketahui juga oleh Allah. Dia mengetahui apa yang ada di langit maupun di bumi…” (Q.S. Ali Imran:29).
Orang yang selalu dzikrullah di mana saja ia berada, dalam keadaan sendiri ataupun bersama orang lain, dan dalam kondisi apa saja, akan mendapat perlindungan-Nya. Sabda Nabi Saw, “Orang yang bangun di pagi hari hanya dengan Allah di dalam pikirannya, maka Allah akan menjaganya di dunia ini dan di akhirat”.

Allah SWT memerintahkan setiap mukmin untuk sebanyak-banyaknya melakukan dzikrullah. Dia juga mengingatkan agar jangan sampai harta dan anak-anak yang kita miliki menjadikan kita lupa pada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah selalu pada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya…” (Q.S. As Sajdah:41)
Dapat dibayangkan, betapa damainya dunia dan makmurnya kehidupan jika dzikrullah membudaya di kalangan umat. Karena dzikrullah akan dapat mencegah terjadinya praktek-praktek korupsi, manipulasi, penipuan, pemalsuan, kolusi, penyelewengan wewenang, penyalahgunaan jabatan, dan bentuk munkarat lainnya.

JIKA ditelaah secara mendalam, sumber kekacauan ekonomi, sosial, dan politik yang melanda bangsa kita, utamanya adalah lenyapnya dzikrullah di kalangan pejabat, politisi, birokrat, dan umat Islam pada umumnya. Lupa Allah adalah sumber malapetaka sebenarnya, bencana terbesar bagi umat. Karena lupa Allah, KKN kian merajalela dan rakyat kian merana. Tanpa dzikrullah, orang menjadi asyik dengan kenikmatan dunia yang melenakan, berbuat maksiat tanpa merasa berdosa, dan sebagainya.

Tanpa dzikrullah, banyak orang jadi lupa bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Bahwa suatu saat akan mati dan hidup kekal di akhirat nanti.
Kekuatan dzikrullah melahirkan amal saleh, menimbulkan semangat jihad dan siap berkorban apa saja demi Islam yang luar biasa. Karena dzikrullah, generasi intifadhah di Palestina siap mati dengan ‘amaliyah isytisyhadiyah (aksi meraih gelar syuhada –media sekuler menyebutnya “bom bunuh diri”) demi kemerdekaan serta kemuliaan Islam dan kaum Muslimin Palestina. Dengan dzikrullah, generasi pembela Islam siap berkorban apa saja –harta, jiwa, raga, tenaga, pikiran– demi tegaknya syi’ar Islam.

Wallahu a’lam.

Sumber : http://pusdai.com/kekuatan-dzikrullah.

Semoga bermanfaat dan bagi siapapun yang ingin mengshare ataupun mengcofi silakhan atapun juga ingin ngetag silahkan jika tidak bisa ngetag lagi klik foto berikutnya, syukran.

~~ Salam santun ukhuwah fillah. ~~
Lihat Selengkapnya

KISAH SEDEKAH YANG MENYENTUH HATI ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah di bawah ini adalah kisah yang didapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana . Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambiladalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus.

Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter. Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-tamu lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua." Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah berkaca-kaca dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian." Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-anakku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar-benar bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan. Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami." Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-lambaikkan tangannya kearah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar-benar 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali! Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya ."Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT." Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA! Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang-orang terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu. Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

~ o ~

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#------------------------------------------------.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma wabihamdika AsyaduAllahilaha illa Anta Astagfiruka wa'atubu Ilaik .

Tidak ada komentar: