Mari bergerak berdakwah bersama pimpinan cabang pemuda Muhammadiyah Kalibening
Rabu, 04 April 2012
KESABARAN SEORANG IBU TERHADAP ANAKNYA YANG SEKARAT
oleh Strawberry pada 4 April 2012 pukul 12:32 ·
Prof. DR. Khalid al-Jubair penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar dengan tajuk Asbab Manshiyah (Sebab-sebab yang terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Sang dokter berkata:
Pada suatu hari –hari selasa- aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat. Pada hari kamis pukul 11.15 –aku tidak melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak tersebut, kemudian aku melakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah Azza Wa Jalla menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah Azza Wa Jalla. Kemudian aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.” Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut? Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!” Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-gerak. Kamipun memuji Allah Azza Wa Jalla serta menyampaikan kabar gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi. Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kamipun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Dan akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, Ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah, spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku belum pernah melihat yang semisalnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan dikepalanya. Maka sang ibu berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah Azza wa Jalla, dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,2⁰C, maka kukatakan kepada sang ibu: “Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah, Ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menangis histeris seraya berkata: “Wahai dokter, kemari! Wahai dokter, suhu badannya 37,6⁰C, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang nomor 5, suhu badannya 41⁰C lebih sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien nomor 6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.” Maka aku mengingat sebuah hadits Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam yang indah lagi agung: “Fathuba lil Ghuraba’ (Beruntunglah orang-orang yang asing)” Sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dengan bertawakkal kepada Allah: “Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi. Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan.
Kemudian saat memasuki pada bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah melihatnya seumur hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencangkup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda. Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini aku berkata kepada sang ibu: “Sudah yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi. Aku tidak berharap. Keadaanya semakin gawat.” Diapun berkata: “Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya. Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan mengharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu? Sebelum kukabarkan kepada anda, Apakah anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira apa yang dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali hanya berdoa, dan merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla? Tahukah anda apa yang tejadi pada anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian?
Anak tersebut telah sembuh sempurna dengan rahmat Allah Azza wa Jalla sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyalip ibunya dengan kedua kakinya seakan-akan tidak ada sesuatu apapun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat. Kisah ini tidaklah berhenti sampai disini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki beserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab: “Tidak mengenal mereka.” Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah anak yang kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.” Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan airmata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah Tabaraka wa Ta’ala.”
Tahukah anda apa yang dia katakan? Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia. Sang suami berkata: “Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali dengan udzur syari. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing/gosip), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendoakanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.” Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “Wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” Kisah selesai………….
( Dikutip dari kitab Asbab Manshiyah dan majalah Qiblati, edisi 01 tahun III, 10-2007 )
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam apabila ada sesuatu yang membuatnya senang, beliaupun mengucapkan: “Alhamdulillahil ladzi bini’matihi tatimmush shalihaat (Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.” Dan apabila ada sesuatu yang beliau benci, beliaupun mengucapkan: “Alhamdulillahi ‘ala kulli haal (Segala puji bagi Allah pada setiap keadaan).” (Hadits Shahih: shahihul Jami’ IV/201)
SUBHANALLAH, ... JENAZAH SEORANG ULAMA TETAP UTUH SETELAH 26 TAHUN TERKUBUR .. (Kisah Nyata) ...
oleh Strawberry pada 4 April 2012 pukul 14:51 ·
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Pada Minggu, 02 Agustus 2009, Jalan Garuda Pintu Air Rt.03/02 Jurumudi Baru, Kec. Benda, Tangerang, telah dikejutkan oleh sebuah berita penemuan sesosok jenazah yang masih utuh. Mereka terkejut karena kejadian ini tidak masuk akal. Bagaimana tidak? Jenazah yang sudah dikubur puluhan tahun, tapi kondisinya masih utuh, termasuk kain mori yang membungkus tubuhnya dengan rapat.
Kejadian tersebut benar adanya, bukan rekayasa manusia yang sengaja mencari sensasi. Ini murni merupakan bentuk dari salah satu kekuasaan Allah yang telah dipertunjukkan kepada manusia bahwa jenazah pun masih bisa utuh, tidak lapuk dimakan rayap atau binatang tanah lainnya, jika selama hidupnya dia seorang yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
Keajaiban Tuhan kerapkali terjadi di sekitar kita. Ditemukannya sesosok jenazah utuh di Jurumudi Baru, Benda, Tangerang, merupakan salah satunya.
Pertanyaannya: Siapakah sosok jenazah yang mendapatkan kemuliaan dari Allah tersebut? Bagaimana perilaku sewaktu hidupnya, hingga Allah begitu menjaga jenazahnya selama bertahun-tahun?
Sosok jenazah utuh itu bernama KH. Abdullah bin KH. Mu’min. Semasa hidupnya beliau pernah menjabat sebagai mantan Wakil Ketua Pengadilan Agama Tangerang. Dia seorang pejabat, tapi hidupnya sangat sederhana. Jauh dari korupsi. Padahal, kesempatan itu terbuka lebar di depan mata. Ke mana-mana ia selalu pakai sepeda onthel. Satu hal yang sebenarnya berbalik seratus derajat dengan jabatannya kala itu.
“Saat kecil, saya suka dianter Bapak pakai sepeda ke sekolah. Bapak pernah disuruh naik motor, tapi ia tidak mau,” ujar Ahmad Pathi, putra keenam almarhum.
Bahkan, ke kantor pun yang jaraknya lumayan jauh, almarhum suka pakai sepeda. Paling banter, ia dijemput naik motor atau mobil orang lain. Begitulah kesederhanaan almarhum, yang kemudian diajarkan pada anak dan santri-santrinya.
Lebih dari itu, beliau adalah seorang mu’allim (orang berilmu), kyai, dai, ustadz, dan guru besar. Warga Jurumudi Baru menyebutnya “Buya”. Sebuah gelar yang tidak mudah didapatkan, tentunya. Sebuah gelar kemuliaan atas kedalaman ilmunya dan keluarbiasaan etikanya. Ya, beliau terkenal sangat wara’ (rendah hati).
Alharmum merupakan didikan Darul ‘Ulum, Mekkah al-Mukarramah. Ketika perang dunia kedua berkecamuk, beliau dipanggil pemerintah untuk pulang. Seluruh pelajar Indonesia di luar negeri, diharuskan pulang ke negaranya saat itu. “Mungkin untuk bela negara,” ujar Ahmad Pathi, lelaki berusia 50 tahunan ini. Padahal, saat itu masa belajarnya baru enam tahun di sana (bukan 25 tahun, seperti yang ditulis banyak media) dan ia berniat ingin lebih lama lagi di negeri suci tersebut. Namun, apa daya, kondisi dalam negeri yang sedang berkecamuk perang, memaksanya untuk pulang ke kampung halaman.
Sekembalinya dari Mekkah, hidup almarhum banyak diabdikan untuk kepentingan agama. Ia kerapkali mengisi pengajian di kampungnya dan desa tetangga, baik sebagai khatib Jum’at, pemimpin doa dan ceramah agama. Selain itu, ia juga mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ihsanuddiniyyah di atas tanah wakaf dan mushola Al-Najat, yang letaknya berada di bibir sungai Cisadane.
Menurut Ahmad Pathi, tanah wakaf yang di atasnya terdapat MI itu pernah digugat oleh salah seorang ahli warisnya. Ia datang mencak-mencak dan minta tanah itu dikembalikan kepada keluarganya. Padahal, ia masih keluarga jauh. Tapi, apa jawaban almarhum saat itu, “Silakan saja diambil tanahnya. Kalau mau, madrasahnya juga sekalian, nggak apa-apa.”
Almarhum, di mata anak-anaknya, memang terkenal sangat sabar. Termasuk dalam menghadapi kasus di atas. Emosinya tidak mudah terpancing. Akhirnya, hingga kini tanah itu pun tidak jadi digugatnya. Ini mungkin berkat kesabaran almarhum.
Meski terkenal sabar, almarhum begitu ketat dalam mendidik pelajaran agama pada anak dan muridnya. “Saya pernah disabet dan ditabok karena nggak bisa,” kenang Ahmad Pathi, yang baru kali ini menangis saat diwawancarai, padahal sudah beberapa kali media mewawancarainya.
Almarhum memiliki tiga istri. Dari pernikahan pertamanya dengan Rohani (almarhumah), beliau dikaruniai dua anak. Dari istri keduanya, Maswani (almarhumah), dikaruniai lima anak. Terakhir, beliau menikahi Hj. Romlah asal Kramat Pulo dan tidak dikaruniai anak.
Almarhum meninggal pada 22 Oktober 1983 karena gagal ginjal. Ia sempat dirawat di RSCM sebelum ajal merenggutnya. Menurut Ahmad Pathi, saat dikuburkan pertama kali, sebenarnya tidak ada yang ganjil pada prosesi penguburannya, misal kuburannya melebar, wangi. Namun, setelah kuburannya dibongkar, keajaiban itu justru muncul. Jenazahnya ditemukan masih utuh setelah 26 tahun terkubur. Ini benar-benar mengejutkan, yang membuat banyak warga berduyun-duyun datang melihatnya.
Korban Pembuatan Jalan Baru ...
Ditemukannya jenazah utuh KH. Abdullah bin KH. Mu’min berawal dari proyek pembuatan jalan baru yaitu Jalan Garuda, yang menghubungkan daerah Tangerang ke Bandara Soekarno Hatta. Akibat proyek ini banyak rumah dan bangunan lainnya yang harus digusur, salah satunya makam almarhum KH. Abdullah bin KH. Mu’min dan mushola al-Najat, yang letaknya dekat dengan Pesantren Ash-Shiddiqiyah II milik KH. Noer Muhammad Iskandar SQ.
“Sejak tahun lalu, kami sebenarnya sudah diminta oleh Pemda Tangerang melalui Lurah Jurumudi agar makam dan mushola segera dibongkar. Tapi, kami tetap kukuh untuk mempertahankannya,” ujar H. Abdul Baqi (62 th), putra ke-2 dari istri pertama almarhum yang bernama Ibu Rohani.
Pasalnya, itu adalah makam bersejarah seorang ulama terkenal di kampungnya. Jadi, keluarga pun mempertahankannya. Sikap kukuh keluarga ini ternyata didukung warga setempat. Padahal, hampir seluruh rumah dan bangunan yang sejajar dengan bangunan makam dan mushola tersebut sudah dibongkar habis. “Malahan, di daerah Tangerang sana, jalannya sudah selesai dibuat,” ujar H. Abdul Baqi.
Namun, karena desakan pemerintah dan permintaan dari lurah, akhirnya keluarga besar KH. Abdullah luluh juga hatinya. “Itu juga kami minta habis lebaran saja pembongkarannya,” ujar Ahmad Pathi. Namun, waktunya tak bisa diundur lagi. Akhirnya, pada hari Minggu, 02 Agustus 2009, keluarga pun sepakat untuk membongkar makam dan mushola.
Pertama kali yang dibongkar adalah makam. Pembongkaran dilakukan pada jam 08.00 WIB. Jadi, keadaan masih pagi, ketika sebagian orang mungkin banyak yang pergi ke kantor untuk bekerja. “Atas upaya pembongkaran ini, kami tidak mengundang banyak orang untuk datang,” ujar H. Abdul Baqi. Namun, ketika pembongkaran itu baru saja dimulai, orang pada berdatangan untuk melihat. Mereka mungkin penasaran karena sosok yang ada di dalamnya adalah seorang kyai yang kharismatik dan juga karena proses pembongkarannya yang berkali-kali molor.
Pembongkaran dilakukan orang lain. Keluarga hanya mengontrolnya dari atas. Perlahan-lahan tanah digali dengan dua cangkul. Makin lama galian itu semakin dalam hingga datang satu kejadian dahsyat, yang membuat mata orang terbelalak terkejut. Papan-papan yang terbuat dari kayu kamper yang menutup tubuh jenazah, tampak masih utuh dan tidak patah sedikit pun. Ini benar-benar ajaib. Warnanya saja berubah, agak gelap sedikit. Padahal, logikanya, kayu apapun jika ditanam sangat lama, apalagi sampai 26 tahun, bisa hancur dimakan rayap atau binatang tanah. Tapi, ini tidak terjadi dan ini benar-benar tidak masuk akal.
Keterkejutan orang tidak berhenti sampai di situ. Saat papan-papan itu diangkat ke atas, mereka kembali dibuat terkejut karena melihat sesosok jenazah yang masih utuh, persis ketika pertama kali dikuburkan. Hanya saja, kain mori (kain jenazah) sudah tampak kotor dengan lumpur. Bukan itu saja, jenazah juga tampak sangat harum dan rambutnya agak memutih.
Kejadian itu pun membuat terpana banyak orang. Bahkan, sebagian orang ada yang menangis, tak terkecuali keluarganya sendiri. Ahmad Pathi segera turun ke bawah dan mengangkat bagian kepala dan pundak bapaknya. “Saat itu hati saya berdesir ingin menangis karena haru,” ujarnya.
Jenazah almarhum KH. Abdullah itu lalu dibawa ke mushola yang baru sebagian dibongkar. Setelah dibersihkan lagi dan dishalatkan, jenazah itu pun segera dikuburkan lagi. “Kami tidak ingin jenazah ini menjadi tontonan banyak orang,” ujar Ahmad Pathi. Akhirnya, jam 11.00 WIB hari itu juga, jenazah pun dikuburkan kembali di pemakaman keluarga yang letaknya hanya beberapa meter dari kuburan sebelumnya. Di situ sudah ada makam salah seorang anak dan istrinya.
Saat dikubur kembali, kain mori lama yang membungkus tubuh jenazah tidak dibuang. Kain itu tetap melekat dan ditambah lagi dengan kain yang baru seukuran 3 meter. “Jadi, jenazah bapak dibungkus double dengan kain yang lama dan kain yang baru,” ujar Ahmad Pahti. Dan sebagai saksi sejarah, salah satu papan yang ditemukan utuh itu, diambil dan disimpan di rumahnya. Sementara papan-papan yang lain dikuburkan lagi bersama jenazah KH. Abdullah.
Berita ditemukannya jenazah utuh KH. Abdullah ini telah membuat geger banyak orang, tidak saja di kawasan Tangerang, tapi juga melintasi batas daerah. Apalagi, setelah beritanya dimunculkan di salah satu televisi swasta. Banyak orang berdatangan dan penasaran untuk melihatnya. Tak terkecuali wartawan media massa atau elektronik, saling berebut untuk mendapatkan beritanya, termasuk Hidayah.
Namun, satu kisah tersisa dari kejadian di atas adalah ada sebagian orang yang tidak mempercayainya. Bahkan, ada seorang ahli forensik yang meragukan kebenaran berita tersebut, tanpa melihatnya secara langsung. Polres Tangerang pun sampai datang dua kali ke sana untuk mengkroscek kebenarannya. “Jangan-jangan ini hanya untuk cari sensasi saja seperti kasus-kasus yang lain,” ujar Ahmad Pathi. Namun setelah dicek langsung, akhirnya berita itu nyata adanya.
Dalam kacamata agama, terutama kaum sufistik, apa yang terjadi pada jenazah KH. Abdullah bin KH. Mu’min sangat bisa terjadi. Jika Allah sudah berkehendak, maka apapun yang terlihat mustahil bisa menjadi mungkin. Mungkin kita ragu bahwa jenazah yang lama, bahkan puluhan tahun, terkubur masih bisa utuh. Namun, keraguan itu akan sirna jika kita mengetahui bahwa jenazah yang dikubur adalah seorang yang alim, shaleh, baik hati atau hafidz.
Satu hal yang harus diketahui bahwa almarhum juga seorang hafidz (penghafal al-Qur’an). Dia menguasai seluruh ayat al-Qur’an yang jumlahnya 30 juz dan 144 surat tersebut. Ini semua didapatkannya karena pengembaraannya ke Darul Ulum, Mekkah Al-Mukarramah, selama enam tahun.
Dalam banyak kasus yang dihadapi oleh Hidayah, jenazah seorang hafidz kerapkali masih utuh meski bertahun-tahun dikubur. Apalagi, jika dia juga seorang yang terkenal alim pada masanya. Standar yang kita pakai dalam kasus ini adalah standar agama, bukan ilmu forensik dan sebagainya.
Semoga apa yang terjadi pada jenazah KH. Abdullah di atas bisa dijadikan pelajaran kita semua bahwa jika kita ingin menjadi ahli surga, maka haruslah menjadi orang yang baik di mata masyarakat dan di mata Allah. Syukur-syukur kita adalah seorang hafidz al-Qur’an, ustadz, kyai, ulama dan sebagainya. Insya Allah, almarhum KH. Abdullah bin KH. Mu’min di antara golongan orang-orang yang ahli surga. Aamiin.
(Komentar Anak Beliau)
H. Abdul Baqi, Putra ke-2 almarhum ...
“Keluarga awalnya tidak setuju makam dibongkar. Tetapi, setelah melalui proses yang cukup lama, akhirnya kami ikhlas jika makam dan mushola yang disampingnya juga dibongkar. Saat terjadi pembongkaran ini, banyak sekali warga yang datang untuk melihatnya, apalagi setelah diketahui jenazahnya masih utuh.
Ahmad Fathi, Putra ke-6 almarhum ...
“Saya ikut memegang kepala bapak saat jenazah diangkat dari kuburan ke atas. Bentuknya masih benar-benar utuh. Ini membuat hati saya terenyuh menangis. Ternyata tubuh bapak dijaga Allah. Ini benar-benar pelajaran penting bagi saya dan keluarga untuk setidaknya bisa menjadi orang yang baik seperti bapak.”
- eepkhunaefi@gmail.com -
~ o ~
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar